Selasa, 18 Desember 2012

Vertical Sterilizer

Setelah buah di timbun di lauding ramp dan di dischange melalui FFB Conveyor,selanjutnya buah masuk pada tahap perebusan disterilizer.



 Prinsip proses perebusan buah sawit di vertical sterilizer sama dengan proses perebusan di horizontal sterilizer. Adapun tahapan proses perebusan buah sawit di vertikal sterilizer sbb:
 
  1. Dalam hal ini, jumlah buah sawit di loading ramp dianggap sudah cukup untuk diolah dan instalasi di vertical sterilizer sudah diperiksa dan siap beroperasi serta jumlah operator sudah cukup menjalankan instalasi pabrik.
  2. Pastikan pintu bawah VS sudah tertutup dengan baik, bukalah pintu atas VS dan diikuti menurunkan chute tempat buah sawit meluncur masuk ke VS. Kemudian bukalah klep dibawah scrapper conveyor agar buah sawit nantinya dapat turun dari scrapper conveyor.
  3. Isi air ke dalam VS dengan membuka Clean water in let valve selama 2 menit / auger tertutup air, agar buah sawit tidak langsung berbenturan dengan instalasi didalam VS. Tutup kembali valve clean water in let.
  4. Operasikan scrapper conveyor yang paling terdekat dengan VS yaitu; Distributing scrapper conveyor, declined scrapper conveyor dan Splitter serta scrapper conveyor depan pintu loading ramp.
  5. Tuang buah sawit ke scrapper conveyor depan loading ramp dengan cara menurunkan pintu loading ramp.
Buah sawit yang tertuang akan dibawa oleh scrapper conveyor hingga ke VS. Biasanya ada komunikasi / aba-aba dari operator VS ke operator loading ramp agar buah sawit yang dituang sesuai dengan volume VS.
  • Setelah VS penuh terisi buah sawit, tutup klep scrapper conveyor, naikkan kembali chute, dan tutup pintu atas VS. Kemudian buanglah air yang diisikan sebelumnya kedalam VS dengan cara membuka drain clean water valve hingga habis, tutup kembali drain clean water valve.
  • Buka condensate valve, lalu masukkan steam ke dalam VS sehingga sisa-sisa air dan udara di dalam VS terbuang. Setelah berlangsung 2 menit tutup condensat valve namun steam in let valve tetap terbuka sehingga tekan uap didalam VS perlahan-lahan akan naik hingga 3 bar. Umumnya tekanan 3 bar ini dapat dicapai 12 hingga 17 menit. Jika tekanan sudah mencapai 3 bar lakukan penahanan tekana uap dengan cara menutup steam in let valve selama 40-45 menit (jika tekanan steam turun bukalah stean in let valve agar uap/steam masuk kembali kedalam VS / re injection).
  • Jika telah mencapai 40 menit masa penahanan / holding time, buanglah uap dengan membuka condensate valve selama 2 menit atau tekanan uap sudah mencapai 1,5 bar, kemudian bukalah exghaust steam valve agar tekanan uap secepat mungkin mencapai 0 bar.
  • Sebelum membuka pintu pastikan tekanan steam didalam VS sudah benar-benar nol, dengan cara memperhatikan manometer dan membuka keran uap steam inspection berdiameter 1/2 inchi. Jika masih ada steam yang keluar cukup deras tunggulah hingga tekanan benar-benar nol.
  • Operasikan scrapper conveyor untuk buah sawit matang rebus mulai dari paling ujung, yaitu; Distributing scrapper conveyor upper thresshing, declined scrapper conveyor, mechanical feeder, scrapper conveyor di depan VS. Kemudian bukalah pintu bawah VS.
  • Setelah pintu bawah VS terbuka, perhatikan jumlah kondensate yang keluar. Jika kondensat masih banyak, perlu dilakukan pemeriksaan di condensat valve dan atau di saringan VS.
  • Jalan auger conveyor sehingga buah matang rebus dapat keluar dengan baik. Pastikan buah matang rebus sudah keluar semuanya dan lakukan prosedur mulai dari nomor 2.
  • VS (Vertical Sterilizer) memakai sistem 1 puncak / singe peak karena buah sawit sudah melewati splitter yang berfungsi memecah buah sawit sehingga penetrasi uap lebih maksimal dan jumlah udara yang terjebak di dalam VS lebih kecil dibanding HS (horizontal sterilizer).

    Loading Ramp

    Loading Ramp merupakan rangkaian proses awal dari pengolahan kelapa sawit sebelum memasuki proses selanjutnya. Stasiun Loading Ramp berfungsi sebagai tempat penampungan sementara TBS sebelum dimasukkan ke dalam lori buah (Fruit cages) atau pun FFB Conveyor.  Di Pabrik Kelapa Sawit Rama-Rama dan KCP, Loading Ramp terbagi menjadi dua Line, yaitu Line A dan Line B. Masing-masing Line mempunyai kapasitas untuk menampung TBS berbeda, Line A mempunyai kapasitas normal 700 ton buah kelapa sawit, sedangkan Line B mempunyai kapasitas normal 800-900 ton kelapa sawit. Line A dan Line B masing-masing terdiri dari 8 dan 10 pintu
    Prinsip FIFO
    Pada stasiun Loading Ramp mempunyai prinsip kerja First In Firs Out (FIFO). FIFO adalah  prinsip kerja yang mengutamakan TBS yang terlebih dahulu ada untuk segera di olah. Hal ini dilakukan karena jumlah TBS yang tidak henti-hentinya masuk kedalam pabrik.
    Fungsi FIFO : Meminimalkan kenaikan asam lemak bebas (FFA). Menurut teori kenaikan FFA dari pohon sawit sampai ke lori, tahapan kenaikan FFA sudah mencapai lebih kurang 1,85 %, sedangkan standar FFA = 3,00 %.
    Tujuan stasiun Loading Ramp adalah :
    *   Mengatur pengisian, kapasitas dan parkir lori di St. Sterilizer
    *   Meminimalkan oil loss di Loading Ramp
    *  Meminimalkan FFA CPO
    PERALATAN DAN MESIN-MESIN
    -          Hydraulic Control System/Gear Box Sistem/power pack
    -          Pintu Loading Ramp.
    -          Handle pengontrol buka-tutup pintu.
    -          Hydraulic Ramp.
    -          Pipa-pipa dan selang Hydraulic.
    -          Lori rebusan (horizontal sterilizer) / FFB Conveyor (vertical sterilizer)
    -          Wire Rope.
    -          Hook
    -          Capstan
    -          Transfer Carriage.

    KELAPA SAWIT


    Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

    Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
    Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
    Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
    Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
    Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
    Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

    Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
    Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

    Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
    Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
    Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
    Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

    Buah terdiri dari tiga lapisan:
    • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
    • Mesoskarp, serabut buah
    • Endoskarp, cangkang pelindung inti
    Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
    Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

    Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
    Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
    • Dura,
    • Pisifera, dan
    • Tenera.
    Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
    Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

    Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

    Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

    Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

    Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
    Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.